Senin, 01 Juni 2015

REVIEW FILM

MIMPI SEJUTA DOLAR
Merry Riana (Chelsea Islan) yang baru saja lulus SMA terpaksa mengungsi ke Singapura karena kondisi di negaranya sedang tidak stabil. Walau sebenarnya ingin tetap tinggal, kedua orang tuanya tidak membiarkan. Perjalanan menuju bandara juga bukan aman; mereka dihadang kawanan penjarah dan terpaksa melepas harta benda demi keselamatan. Di bandara, orang tua Merry (Ferry Salim & Cynthia Lamusu) menjual apa yang menempel di badan dan hanya mampu membeli satu tiket. Yang penting Merry selamat, pikir mereka.
Maka Merry tiba di Singapura sendirian. Dengan bekal uang yang untuk beli makan lima kali saja akan habis, ia harus mencari tempat tinggal dan bertahan hidup. Kuliah dan sukses yang menjadi cita-citanya terasa begitu jauh.
Tapi Merry tak putus asa. Dari media sosial ia temukan sahabatnya Irene (Kimberly Ryder) yang memang hendak kuliah di sana. Dengan bantuan Irene, Merry mencari celah di antara aturan Singapura yang begitu ketat dan, bukan hanya diperbolehkan tinggal di asrama, ia lolos ujian seleksi dan diterima di salah satu perguruan tinggi terbaik di sana. Senyum Merry lantas hilang ketika itu semua baru bisa didapat bila Merry membayar $40,000. Satu-satunya harapan adalah mengambil student loan, yang hanya bisa didapat jika Merry memiliki seorang penjamin. Karena tidak ada kerabat, dan Irene tidak bisa menjadi penjamin, Merry harus mencari seorang mahasiswa senior yang mau jadi penjamin.
Maka Merry bertemu Alva (Dion Wiyoko), seorang senior tampan yang ia pikir mau menjadi penolongnya. Ternyata Alva cuek dan sangat perhitungan. Ia memberi segala macam syarat sebelum akhirnya mau menolong Merry, termasuk menyuruhnya mencari kerja sambilan.
Merry sadar bahwa ia harus kuliah dengan betul, tapi sadar juga bahwa ia harus sukses secepatnya. Ia tidak ingin menyusahkan orang tuanya. Ia ingin membuat orang tuanya bangga. Maka sambil kuliah ia berpikir keras untuk melipatgandakan uang yang ia miliki, mulai dari bekerja menyebar brosur, online business, sampai main saham beresiko tinggi. Kondisi ekonominya pun naik turun, mulai dari hanya bisa makan roti setiap hari, makan enak, sampai balik makan roti lagi. Seperti tak cukup dengan masalah yang ada, kemelut cinta pun terjadi ketika Alva menyatakan perasaan padanya, sementara Merry sadar betul Irene tengah jatuh cinta pada Alva.

REVIEW JURNAL

Jurnal Peran Keluarga dalam Mendidik dan Membentuk Kepribadian Anak
Dalam keluarga semua berpengaruh, tapi yang paling besar pengaruhnya adalah ayah dan ibu. Termasuk tugas mendidik anak itu adalah tugas yang paling penting peranannya bagi orang tua, karena itu dapat berpengaruh pada kesuksesan keluarga. Tetapi kesuksesan yang terjadi pada keluarga tidak akan berarti apapun jika mengalami kegagalan dalam mendidik dan membentuk karakter dan kepribadian anak yang sesuai dengan harapan orang tua.
            Sebagian besar waktu anak dihabiskan bersama keluarga. Lingkungan keluarga juga merupakan lingkungan yang utama, oleh karena itu seorang anak bisa mendapatkan dan menerima pendidikan yang sangat besar dimulai dari keluarga. Lingkungan keluarga besar pengaruhnya dalam proses pembentukan kepribadian anak. maka ada beberapa fungsi keluarga dalam mendidik dan membentuk kepribadian anaknya. Yaitu, (1). Keluarga merupakan lingkungan sebagai pengalaman pertama yang di alami pada masa kanak-kanak. Sebagai pengalaman pertama anak, orang tua harus mengetahui bagaimana cara orang tua mendidik dan bersikap kepada anak. sejak kecil orang tua harus membiasakan baik dalam menghadapi segala tingkah laku anak. supaya anak merasa kalau dia disayang dan diperhatikan oleh kedua orang tuanya. (2). Anggota keluarga, termasuk kedua orang tua dapat menjamin kehidupan emosional anak. keluarga harus selalu menjaga emosi si anak, karena emosi mempunyai pengaruh besar pada kepribadian si anak. emosi juga merupakan dapat mempengaruhi penilaian orang lain terhadap si anak. jika emosi anak tidak dapat dikendalikan maka semua orang dapat menyimpulkan kalu itu anak yang nakal dan itu dapat mempengaruhi pola penyesuaian anak. anak yang emosinya meningkat sering kali menjadikan anak bersikap kasar, sering murung, dan juga dapat membuat orang menjadi gelisah dan resah. Oleh karena itu orang tua harus menjaga emosional anak, supaya anak tidak dinilai orang mempunyai kepribadian yang jelek. (3). Keluarga dapat bertanggung jawab dan saling memberi motivasi dan memberi dorongan supaya anak dapat mencapai keberhasilannya. Dorongan dan motivasi dari orang tua dapat membuat anak tidak mudah putus asa dan si anak akan selalu semangat. Si anak tidak akan takut melakukan tindakan apapun jika itu semua sudah didukung oleh orang tuanya. (4). Keluarga dapat meletakkan dasar-dasar pendidikan agama kepada anaknya sejak kecil. Dengan memberikan dasar agama sejak kecil itu sangat baik, karena itu akan memberi bekal kepada si anak di dunia dan di akhirat nanti. Jika agama anak kuat, orang tua pasti akan bangga karena memiliki anak yang mempunyai iman kuat dan agar tidak mudah menjerumuskan anak kepada hal yang tidak baik seprti kemaksiatan dan sebagainya. (5). Sebagai dasar untuk menanamkan pendidikan moral pada anaknya. Moral disini berkaitan dengan tingkah laku, kebiasaan manusia. Jika si anak  sudah dilatih kebiasaan atau tingkah laku yang baik sejak kecil, maka si anak juga akan terbiasa dengan itu semua. Dan menjadi suatu bekal dikelak dewasa si anak akan bisa membedakan baik buruknya tindakan mereka. (6). Sebagai dasar dalam memberikan pendidikan sosial kepada anaknya. Jika si anak sudah memasuki lingkungan sosial, maka si anak akan mempunyai teman baru, yaitu teman sebayanya. Di sini jika orang tua sudah mendukung si anak untuk memasuki lingkup sosial termasuk sekolah, maka si anak akan berusaha agar dapat menyenangkan orang tuanya dan si anka juga mulai dapat berfikir supaya dapat diterima oleh temannya. Karena penerimaan dan penolakan dari teman sebayanya itu dapat mempengaruhi keinginan anak, dan mulailah si anak untuk mengembangkan sifat-sifat yang dapat disetujui oleh temannya. Jika si anak dapat diterima oleh temannya maka si anak akan merasa percaya diri dan dapat mendapatkan teman yang lebih banyak. Tetapi berbeda pula dengan anak yang tidak diterima oleh temannya, maka si anak akan merasa iri, benci karena tidak diajak bermain, mudah tersinggung dan hal sepele apapun dapat meningkatkan amarah mereka. Jika itu terjadi maka itu tentu saja tidak dapat membantu mereka untuk mengembangkan kepribadian sosial mereka. Dan mungkin saja kepribadian mereka akan tumbuh menjadi kepribadian yang buruk. Jadi factor penerimaan sosial sangat penting pengaruhnya pada pribadi dan sosial anak. (7). Menjaga kesehatan si anak supaya si anak dapat dengan nyaman menjalankan proses belajar yang utuh. Kesehatan juga berpengaruh, karena jika keadaan anak sedang sakit maka kalau belajar pasti merasa tidak nyaman dan malas. (8). Memberikan si anak kesempatan dalam belajar dengan cara mengenalkan ilmu pengetahuan serta ketrampilan, sehingga itu dapat berguna bagi kehidupan si anak kelak di masa dewasa dan dapat menjadikan si anak bisa hidup mandiri. Dengan memberi ketrampilan, maka jika suatu saat anak sudah dewasa dan jika ingin bekerja si anak bisa memanfaatkan ketrampilan yang sudah diajarkan oleh orang tuanya. (9). Orang tua hendaknya memberikan pendidikan agama kepada si anak agar mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT, sebagai tujuan akhir manusia.
Jadi lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dikenal oleh anak. Anak menghabiskan waktu dengan keluarga, jadi lingkungan keluarga terutama pada orang tualah yang mempunyai peran penting dalam pembentukan kepribadian anak. orang tua merupakan figure bagi si anak, karena orang tualah yang mengasuh, mendidik anak sejak kecil. Kepribadian anak tergantung bagaimana cara orang tua mendidik anak tersebut. Jika peranan orang tua dalam mendidik anak benar, maka anak akan tumbuh menjadi anak yang mempunyai kepribadian baik serta mempunyai karakter yang baik juga. Jadi menjadi orang tua harus benar-benar memperhatikan tumbuh kembang anak  dan memperhatikan dalam proses perkembangan anak.

REVIEW BUKU

                       Nama buku         : Mengenal dan membina kasih sayang
                        Oleh                   : Hadi al-Mudarisi
                                    Halaman buku   : 233 halaman
Review :
            Persahabat mendatangan bukanlah hal remeh, namun sangat penting dalam kehidupan manusia dan berkait erat dengan masalah-masalah lainnya. Persahabatan juga dapat mendatangkan bahaya. Sebab, pengaruh seorangteman tidak dapat dirasakan secara langsung, sehingga tidak mudah memahami benar salah posisi seseorang dalam sebuah persahabatan. Dampak persahabatan hanya dapat dirasakan secara perlahan dan terhadap lantaran tidak kasat mata. Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “berhati-hatilah duduk bersama para raja dan budak dunia, sebab, itu dapat menghancurkan agama anda dan menjadikan anda munafik. Itu adalah penyakit tak tersembuhkan, yang membekukan hati dan menjauhkan anda dari khusyu’. Bertemanlah dengan berbagai kalangan dan orang-orang bersahaja lantaran pada merekalah terdapat tambang permata (khazanah tersembunyi).”
            Lukman al-Hakim berkata kepada anaknya,”Wahai anakku, bertemanlah dengan para ulama! Dekati dan duduklah bersama serta kunjungilah rumah-rumah mereka, mudah-mudahan Engkau menyerupai mereka sehingga Engkau sama dengan mereka. Duduklah bersama mereka yang shalih lantaran mungkin ketika itu Allah menurunkan rahmat-Nya kepada mereka sehingga Engkau pun memperoleh bagian. Jika Engkau seorang shalih maka jauhilah orang-orang jahat dan dungu. Karena, mungkin ketika itu Allah menurunkan azab kepada mereka sehingga Engkau pun terkena bersama mereka.”
            Memilih sahabat tidak semua orang layak diajak bersahabat, bahkan seseorang harus memilih teman diantara manusia-manusia yang ada, sebagaimana seekor burung memilih dan mengambil bebijian yang bernas dan meninggalkan yang kisut. Dalam berteman seseorang harus bersifat sewajarnya, tidak berlebihan dengan menjaga jarak atau terlalu akrab smpai melupakan segalanya, semua itu harus diberlakukan meski trehadap sahabat yang bijak, termaktub dalam sebuah hadits “cintailah seseorang sewajarnya saja, karena mungkin suatu saat nanti ia akan menjadi musuh anda dan bencilah musuh anda sewajarnya juga karena mungkin suatu saat ia akan menjadi orang yang anda cintai.
            Memerhatikan pembicaraan orang lain merupakan masalah yang biasa terjadi sehari-hari pada manusia, hany asaja sebagian kecil kita yang benar-benar mau melakukannya dengan baik, padahal masalah kecil ini memiliki andil cukup besar dalam hubungan kemanusiaan. Kerana itu, dalam kaitan dengan sebuah pembicaraan, jika kita ingin jadi orang Yng ahli dalam berbicara, maka kita hrus memperbaiki pembicaraan kita, akan tetapi kita jarang sekali memperbaiki atau menmperhatikan seni dalam berbicara. Dalam hal ini, orang memang tidak perlu belajar banyak namun diperlukan latihan yang cukup, dan orang biasanya lebih suka diperhatikan pembicaraannya ketimbang orang lain yang menjadi pembicara, ini lantaran manusia terkadang merasa terhormat ketika berbicara, pada saat berhadapan dengan seseorang yang mau memerhatikan pembicaraannya, pribadinya merasa diagungkan dan dihormati.
            Hubungan seorang manusia dengan anggota masyarakat lainnya, bukan seperti hubungan antara salah satu bagian jam dengan bagian lainnya. Ia juga bukan merupakan suatu hubungan yang terdapat cela kesalahan dan ketergelinciran, akan tetapi itu adalah hubungan antara manusia yang memiliki berbagai watak dan kebiasaan. Mereka terkadang berbuat salah, tetapi dapat dibenarkan dan terkadang melakukan kebenaran, sebagaimana terkadang mungkin dianggap salah. Oleh karenanya, hubungan tersebut acap kali mengalami guncangan yang disebabkan kesalahan anggotanya, baik kesalahan seseorang terhadap yang lain, ataupun kesalahan yang lain terhadapnya, ini disebabkan lantaran manusia pada umumnya tidaklah maksum (bebas dari kesalahan dan dosa).

            Mempercayai antar sahabat merupakan suasana alami bagi tumbuhnya persahabatan, yang membersihkan hubungan tersebut dari hal-hal yang dapat merusak. Hanya dengan berburuk sangka saj, hubungan antara dua insan yang saling berteman dapat terkontaminasi dan mengubah persahabatan menjadi pernusuhan. Dengan begitu, keadaan yang sebelumnya dapat membahagiakan keduanya akan merubah menjadi bahan pembakar emosi, sehingga pada gilirannya dua anak manusia itu menjadi seperti binatang buas. Buruk sangka merupakan penyakit yang dapat menular dengan cepat. Sebagaimana kuman yang dapat berkembang hanya dengan udara yang tidak bersih dan higenis, begitu juga halnya dengan kerusakan, perpecahan, dan permusyhan antar sahabat hanya dapat meluas jika bertumbuh prasangka buruk diantara mereka. Oleh karena itu, kewajiban kita terhadap masyarakat yang imani adalah membersihkan suasana dan mewarnai persahabatan dengan berbaik sangka dan saling percaya. Kita hendaklah benar-benar membersihkan masyarakat sebagaimana dilakukan rumah sakit-rumah sakit, dimana para dokter tidak hanya menyuntikkan obat kepasien saja, namun juga berusaha menciptakan suasana sehat yang diperlukan dan menjauhkannya dari lingkungan tidak sehat yang penuh dengan kuman penyakit. Qur’an menegaskan bahwa berprasangka buruk akan berujung pada perpecahan, pertikaian, kemusnahan. Allah SWT berfirman : “....dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa. (aal-fath: 12)

REVIEW ARTIKEL


MOTIVASI DALAM BELAJAR

Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi me rupakan syarat mutlak dalam belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.

Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar, Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan hubungan hirarkhis dan berbagai kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah manusia mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya. Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang tindih, contohnya adalah orang ingin makan bukan karena lapar tetapi karena ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melakukan kegiatan guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954).

Dalam implikasinya pada dunia belajar, siswa atau pelajar yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Setelah kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat berikutnya adalah rasa aman. Sebagai contoh adalah seorang siswa yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain mapun gurunya, maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Seseorang siswa yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka dia akan percaya diri, merasa berharga, marasa kuat, merasa mampu/bisa, merasa berguna dalam didupnya. Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.

Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para sisiwanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.

Siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai gambaran tertentu tentang dirinya sebagai manusia dan tentang kemampuan dalam menghadapi lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa tentang dirinya dan kemungkinannya tidak dapat dilihat oleh guru namun sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang dewasa lainnya, dan hal ini mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

Berdasarkan pandangan di atas dapat diambil pengertian bahwa siswa datang ke sekolah dengan gambaran tentang dirinya yang sudah terbentuk. Meskipun demikian adanya, guru tetap dapat mempengaruhi mapun membentuk gambarang siswa tentang dirinya itu, dengan tujuan agar tercapai gambarang tentang masing-masing siswa yang lebih positif. Apabila seorang guru suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akn cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak mampu berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak TK atau SD yang masih sangat muda. Akibatnya minat belajar menjadi turun. Sebaliknya jika guru memberikan penhargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan menilai dirinya sebagai orang yang mampu berprestasi. Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Dorongan intelektual adalah keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi.

Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.” Motivasi adalah sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: 1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal), 3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Dari uraian di atas jelas kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Penjelasan mengenai fungsi-fungsi motivasi adalah:

1. Mendorong manusia untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi sebagai pengerak atau motor yang memberikan energi/kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
2. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang harus ditempuh.
3. Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. (Ngalim Purwanto, 2002: 71)

Jenis-jenis motivasi1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akibat adanya pengaruh dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)

Lalu bagaimanakan cara untuk meningkatkan motivasi siswa agar mereka memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, khususnya bagi mereka yang memiliki motivasi rendah dalam berprestasi. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup sampai di situ saja, tapi guru juga bisa memberikan penjelasan tentang pentingnya ilmu yang akan sangat berguna bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin jelas tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.

2. Hadiah. Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih giat dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, sebab merasa dihargai karena prestasinya. Kecuali pada setiap akhir semester, guru bisa memberikan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.

3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.

5. Hukuman. Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, seperti menghafal, mengerjakan soal, ataupun membuat rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, seperti menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini jelas akan menganggu psikis siswa.

6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya tugas guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang tua siswa untuk mendidik anak mereka.

7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik. Ajarkan kepada siswa cara belajar yang baik, entah itu ketika siswa belajar sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa diharapkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.

8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Ini bisa dilakukan seperti pada nomor 6.

9. Menggunakan metode yang bervariasi. Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak membuat siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting adalah bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit baru ia bisa mencerna materi. Itu contoh mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa.

10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Baik itu media visual maupun audio visual.

Senin, 18 Mei 2015



Masalah pendidikan adalah bahwa pendidikan, khususnya di Indonesia, menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah, dengan kata lain tidak seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai, semangat dan sebagainya. Hal yang sering disinyalir ialah pendidikan seringkali dipraktekkan sebagai sederetan instruksi dari guru kepada murid. Apalagi dengan istilah yang sekarang sering digembar-gemborkan sebagai “pendidikan yang menciptakan manusia siap pakai. Dan “siap pakai” di sini berarti menghasilkan tenaga-tenaga yang dibutuhkan dalam pengembangan dan persaingan bidang industri dan teknologi. Memperhatikan secara kritis hal tersebut, akan nampak bahwa dalam hal ini manusia dipandang sama seperti bahan atau komponen pendukung industri. Itu berarti, lembaga pendidikan diharapkan mampu menjadi lembaga produksi sebagai penghasil bahan atau komponen dengan kualitas tertentu yang dituntut pasar. Kenyataan ini nampaknya justru disambut dengan antusias oleh banyak lembaga pendidikan.